Diantara masalah yang dihadapi di dunia pendidikan di Indonesia yaitu lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah kurang meningkatkan kreatifitas pelajar. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan aplikasi konvensional secara monoton di kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan suasana pembelajaran menjadi tak kondusif sehingga pelajar menjadi pasif dan keaktifan hanya didominasi oleh seorang pengajar
Ketika ini apakah rekan-rekan beraktifitas selaku pengajar atau pendidik? Jikalau iya cobalah rekan-rekan sekilas mengenang masa-masa ketika rekan-rekan masih duduk dibangku sekolah, bagus SD, SMP maupun SMA.
Baca pun : ModelPengertian STAD beserta contoh RPP
Pernahkah rekan-rekan merasa bosan ketika rekan-rekan mengikuti jam pembelajaran dikelas rekan-rekan? Mungkin rekan-rekan merasa tertekan? Atau mungkin rekan-rekan sulit menerima bahan pembelajaran dikelas ketika pengajar rekan-rekan sedang memberi bahan?
Kini cobalah rekan-rekan berfikir, apakah pelajar rekan-rekan merasakan ridderzaal yang sama dengan yang rekan-rekan rasakan tersebut? Gampang-mudahan siswa-siswa rekan-rekan tak merasakan hal-hal negatif ketika Proses pembelajaran yang rekan-rekan laksanakan berlangsung.
Namun perlu rekan-rekan ketahui kalau rekan-rekan ketika menyampaikan bahan menggunakan specimen pembelajaran yang tak disukai pelajar karenanya tak menutup kemungkinan pelajar rekan-rekan akan bosan ketika mengikuti jam pembelajaran rekan-rekan, lalu bagaimana solusi
agar pembelajaran rekan-rekan disukai siswa-siswa dan kedatangan rekan-rekan dinanti-nanti pelajar rekan-rekan?
Banyak faktor sebetulnya, namun diantara faktor tersebut yaitu pemakaian specimen pembelajaran yang menyenangkan dan mampu membangun pelajar merasakan dirinya dihargai kemampuannya.
Jadi di intinya seorang pengajar mesti kreatif di mengaplikasikan specimen pembelajaran yang tepat dan bervariasi antara bahan satu dengan bahan lainnya, kenapa?
Karena tak seluruh specimen pembelajaran tepat sasaran untuk seluruh bahan, ada kalanya terdapat bahan yang cocok diaplikasikan dengan specimen pembelajaran X namun tak cocok diaplikasikan untuk bahan lainnya.
Diantara specimen pembelajaran yang dapat rekan-rekan terapkan di sekolah basic yaitu specimen Think Pair And Share (TPS) . Apa pengertian specimen TPS? Bagaimana langkah-langkahnya penerapannya? Mari kita simak penjelasan di bawah ini.
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama-tama-tama kalium dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think pair share yaitu suatu cara yang tepat sasaran untuk membangun variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa seluruh resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan di think pair share dapat memberi pelajar lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling menolong. Pendidik memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau pelajar membaca manfaat, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Kini pengajar menginginkan pelajar mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah diterangkan dan dialami .Pendidik memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.
Strategi Think Pair and Share
- Pendidik menyampaikan inti bahan dan kompetensi yang ingin diperoleh.
- Pelajar diminta untuk berfikir mengenai bahan/permasalahan yang disampaikan pengajar.
- Pelajar diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
- Pendidik memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
- Berawal dari kegiatan tersebut, Pendidik mengarahkan pembicaraan di utama permasalahan dan menambah bahan yang belum diungkapkan para pelajar.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Think Pair and Share
- Memberi pelajar waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling menolong satu sama lain.
- Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk manfaat sederhana.
- Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
- Interaksi lebih gampang.
- Lebih gampang dan cepat menyusun kelompoknya.
- Seorang pelajar pun dapat belajar dari pelajar lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
- Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan seluruh pelajar diberi kesempatan untuk berpartisipasi di kelas.
- Pelajar dapat mengoptimalkan keterampilan berfikir dan menjawab di komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling menolong di kelompok kecil.
Kekurangan Think and Sharing
- Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari beragam aktivitas.
- Membutuhkan perhatian khusus di pemakaian ruangan kelas.
- Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pendidikan yang berharga. Untuk itu pengajar mesti dapat membangun perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
- Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
- Lebih sedikit ide yang muncul.
- Jikalau ada perselisihan,tak ada penengah.
- Menggantungkan di pasangan.
- Jumlah pelajar yang ganjil berdampak di ketika pembentukan kelompok, karena ada satu pelajar tak mempunyai pasangan.
Karakteristik Pembelajaran Think Pair and Share
Ciri utama di specimen pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share yaitu tiga langkah utamanya yang dilaksanakan di proses pembelajaran, yaitu langkah Think (berpikir secara individual), Pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).
- Think (berfikir secara individual)
Di tahap Think, pengajar mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pembelajaran, dan pelajar diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Di tahapan ini, pelajar sebaiknya menuliskan jawaban mereka, ridderzaal ini karena pengajar tak dapat memantau seluruh jawaban pelajar sehingga lewat catatan tersebut pengajar dapat mengetahui jawaban yang mesti diperbaiki atau diluruskan di ahir pembelajaran.Di menentukan batasan waktu untuk tahap ini, pengajar mesti mempertimbangkan pengetahuan basic pelajar untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan format pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kalium pertemuan.
- Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua yaitu pengajar meminta para pelajar untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi pada rentang waktu tijdsperiode ini dapat menghasilkan jawaban bersama kalau suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama kalau suatu isu khusus telah diidentifikasi.Biasanya pengajar mengizinkan tak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
- Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Di langkah ahir ini, pengajar meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan menjadi tepat sasaran kalau pengajar berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini yaitu penyempurnaan dari strategi sebelumnya, di arti bahwa langkah ini menolong agar seluruh kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan menurut penjelasan kelompok yang lain. Vishal ini pun agar pelajar benar-benar paham ketika pengajar memberikan koreksi maupun penguatan di ahir pembelajaran.
Bagi rekan-rekan yang ingin mengetahui lebih jelas mengenai susunan rencana pembelajaran dengan menggunakan specimen TPS silakan unduh contoh RPP dengan specimen TPS di verbinding di bawah ini :
Sumber https://mayastaqiem.blogspot.com/